Rabu, 26 Desember 2007

Belajar untuk Bersyukur

Lalai. Manusia selalu begitu. Kadang begitu luput. Ya, atas udara yang setiap hari kita hirup untuk nafas hidup kita. Tentang sehatnya tubuh kita hingga mudah untuk melakukan serangkaian aktivitas apa saja. Pun, tentang betapa rejeki Allah SWT yang telah mengalir dalam setiap detik kehidupan kita. Sungguh, sebuah kenikmatan yang semestinya tak boleh kita lupakan. Namun, lagi-lagi kita lalai. Jarang untuk bisa bersyukur atas apa yang ada. Atas apa yang kita punya dan nikmati. Maka, hari ini kita bisa belajar kepada seorang teman…

Kang Dayat namanya.
Sore. Sehari yang lalu, dalam perbincangan yang akrab, keping-keping hikmah mengalir dalam setiap cerita yang disampaikannya. Larut, saya menyimak dengan tenang. Tentu, dengan harap, rahasia tentang kehidupan yang mungkin masih tersembunyi bisa saya petik, agar saya bisa lebih memaknai warna-warni kehidupan yang hanya sementara ini.

Bermula dari hidupnya yang sederhana. Lantas, menikmati pekerjaannya sebagai cleaning service pada sebuah institusi pendidikan tinggi. Gajinya, tidak banyak. Maklum, masih menjadi honorer. Diapun tak tahu, entah kapan menjadi PNS. Yang dia tahu, bekerja dengan sebaik-baiknya atas amanah yang dibebankannya. Keluhan, sesekali memang muncul. Namun, dia lebih banyak untuk tidak terlalu membesar-besarkanny a. Tiada guna, lebih baik nikmati saja. Bekerja dengan aroma kebahagiaan dalam kesehariannya. Begitulah, hari-hari berjalan.

Walaupun begitu. Dalam hidupnya yang pas-pasan, kini telah mempunyai seorang anak. Sedang masuk TK. Rupanya, memang skenario Allah itu selalu baik. Tinggal kitanya saja, bagaimana mensikapinya. Mungkin, tak ada yang percaya kalau dulu, waktu menikah, hanya bermodalkan RP 75 ribu, itu gajinya sebulan. Waktu itu di tahun 2001.

Begitulah, dengan modal itu, berniat melamar seorang gadis yang dicintainya. Indahnya, sang gadis mau-mau saja. Saya tak tahu. Mungkin perempuan yang kini menjadi istrinya itu juga percaya pada garis nasib dan rejeki yang akan diperoleh asalkan mau usaha. Entahlah, yang pasti ceritanya begitu. Sekarang saja, kalau mau tahu, gaji Kang dayat tak lebih dari Rp 300 ribu. Heran saya. Kok cukup ya. Tapi realitasnya memang begitu.

Setelah saya tanyakan kepadanya, tentang bagaimana memanajemen uang yang sedikit itu, baru saya tahu, resepnya memang bersyukur. Ya, dia selalu mensyukuri saja setiap harta yang diperolehnya. Kadang, hutang memang tak terelakkan. Itu romantika. Hanya saja, selama ini bisa tetap mempertahankan hidup bersama istri dan anaknya. Istrinya pun sama. Tak pernah menuntut lebih.

Dia memahami betul, gaji segitu memang mepet untuk hidup sebulan. Tapi dia lebih memilih menghargai suaminya yang telah bekerja. Ada sedikit penghasilan, daripada menganggur. Apalagi, suaminya juga pasti memberikan semua gaji dan rejeki yang diterima. Kalau ada keperluan, Kang Dayat ijin kepada istrinya untuk meminta uang demi keperluannya itu.

Kalau dipikir-pikir, mereka kok bisa hidup dan bertahan sampai kini. Ah, memang rasa syukur itu sebuah "keajaiban". Seperti adanya dalam ajaran Islam. Kalau kita mau bersyukur atas apa yang ada, maka Allah SWT akan menambahkan rejeki kita. Begitulah, sebuah ajaran yang bisa menjadi prinsip hidup kita.

Kini, kita bisa bercermin. Saya percaya, banyak diantara kita yang punya penghasilan, punya harta yang lebih dari Kang Dayat, tapi masih saja selalu menggerutu, merasa kekurangan. Nah, inilah saatnya kita belajar tentang rasa syukur kepada beliau, sosok lelaki sederhana yang juga menjadi ketua RT untuk 40-an warga itu. Ini bukan berarti kita tak mau berusaha lebih. Justru, kita mesti berpacu, bersemangat untuk menyongsong datangnya rejeki. Setelahnya, baru kita mensyukuri atas apa yang kita peroleh itu. Bukannya mengutuk diri sendiri lantas terus menerus merasa kekurangan. Bersyukur, inilah resepnya.

Ya Allah..Di tengah pergantian gelapnya malam, kubersujud di hadapanmu...Dengan tulus, ikhlas, kupasrahkan jiwa dan ragaku hanya untuk kebesaran-Mu...Ya Allah, berikanlah hambamu ini setitik dari kekuatanmu..Berikan hamba petunjuk menuju jalan-Mu..Rahmatilah seluruh isi bumi ini dengan kedamaian dan kebahagiaan...Biarkanlah kami belajar menghargai dan menjaga apa yang telah Engkau anugerahkan kepada kami...Aminn...

I cried for my brother six times

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka> menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen daril aci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yangmencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untukberbicara.Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!" Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliaukehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi,"Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati!Kamu pencuri tidak tahu malu!" Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Dipertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi." Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.

Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun Aku berusia 11. Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut,"Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitubaik..."Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"Saat ituj uga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampaiselesai!"dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang,adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku danmeninggalkan secarik kertas di atas bantalku : "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang." Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata ber- cucuran sampai suaraku hilang.

Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayah kupinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga(di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku.

Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."Daris akunya,ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.

Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23. Kali pertama aku membawa pacarku kerumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih dimana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku."Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulanga wal untuk membersihkan rumah ini.Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya."Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.

Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik,dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya,saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kamisebelumnya?" Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya."Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!""Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku.

Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29. Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku." Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

For my two younger brothers "Aco&Adin", I love you both so much..
I'm sorry, until now, I still can't do much for you..
I just want you to know, that where ever I'm, what ever I do, I will always pray for your success and happiness..

Love,
Your sist

Senin, 24 Desember 2007

KESEDIHAN ITU BERHARGA…

Potongan kalimat ini kutemukan baru saja, di sebuah halaman majalah “Kawanku”..Ups, dilarang menyebutkan merk…He..he..he…

Judul yang pas buat lika liku hari-hariku ketika mencoba menjejakkan kaki di tangga pertama kedewasaan..Ciee…

Telah begitu banyak kesedihan kulewati…

Sedih karena harapan yang tak tercapai,

Sedih karena diperlakukan tidak adil,

Sedih karena tidak dihargai,

Sedih karena dimanfaatkan,

Tapi yang paling menyedihkan adalah kesedihan yang kudapat karena kehilangan orang-orang dekatku…

Banyak yang bilang cewek Aries itu, tipe cewek yang mandiri, calon pemimpin , independent women, pokoknya Xena The Princess Warrior banget dech…Tapi tidak begitu dengan cewek aries yang satu ini…

Sampe saat ini kumasih merasa belum bisa berpijak dengan dua kakiku sendiri. Kumasih belum bisa lepas dari yang namanya Gank Gaul…Dan mungkin sampai diriku harus terikat di bawah tenda biru di depan gerbang janur kuningpun ku masih akan tetap nyaman berada di tengah-tengah Gank Gaul-koe..

Anyway, kenapa kesedihan itu buatku berharga banget???

Karena dengan kesedihan itu, ku bisa makin dekat dengan Sang Pencipta..

Dengan kesedihan itu, ku bisa tahu teman mana yang benar-benar bisa jadi Ever After Friends-koe…

Dengan kesedihan itu, ku bisa bersyukur dengan apa yang kupunya sekarang…

Dengan kesedihan itu, kutemukan hal yang paling berharga yakni kesabaran….

Sabtu, 22 Desember 2007

Saturday Cycling Exercise

It's just 6.00 in the morning...The sun shows his smile...It's hard to wake up...But my phone ringing loudly...Hurry up..Hurry up...

Sabtu gini enaknya tidur sampe siang...Bangun jam 10.00...Nonton tv sepuasnya..Pokoknya kegiatan yang tidak menguras tenaga...Tapi prinsip itu tidak berlaku untukku..Di saat orang lain sedang menikamati weekend dengan malas-malasan, gw harus bangun, mandi, ganti kostum, dan berubah menjadi super hero...He...he..he.

It's time to Saturday Exercise...Rute hari ini WWD-SRK alias Wawondula-Sorowako...Rute yang cukup jauh, dan pastinya melelahkan...Tapi saking niatnya, semua itu terasa agak ringan, apalgi kalo dah bareng gank SOBEC yang rada rada GIFO rute yang berat, melelahkan, dijamin tetap melelahkan:)...

Tapi worth it banget kok..Apalagi kalo udah nyampe tujuan, rasa lelah, nyeri punggung, haus, semuanya bakal ilang..Yup..Semua terhapus dengan kebanggaan telah mematahkan rute yang direncanakan..

Hari ini yang berangkat 10 orang...Me, Mbak Lili, Mbak Ririn, K'Chandra, Om Hanz, K'Fickry, K'Cuncung (entah siapa nama aslix, sampai saat ini belum terpecahkan), Akkang, Om Hamril, Boni+Nike as rescuer dan satu pendatang baru, Desfredy (mohon maaf bila salah ejaan)..

Rencana sich berangkat jam 6.30 biar nggak kesiangan di jalan, tapi seperti biasa, dan udah kebiasaan dari K'Fickry yang suka pura" lupa ingatan kalo dah mau tracking, keberangkatan molor 1 jam..Tapi alhamdulillah, cuaca cukup bersahabat (nggak panas-panas amat) padahal saya udah khawatir kalo cuaca bakalan panas banget, bisa dipastikan banyak yang berguguran...

Hari ini yang jadi leader Om Hamril..jelas aja, g mungkin banget saya yg jadi leader, orang tim wisata gini:)..Start awal, lgsg ditantang dengan tanjakan (pasar WWD)..Fiuhh..napas masih good, apalagi di belakang ada tim cheerleader (K'cuncung&K'fickry) yang selalu memberi semangat..Di depan boni dah siap-siap ngangkut kalo sy nggak kuat, tapi maaf saja, tawaran tumpangan motornya nggak kugubris..Masih kuat..

Tanjakan ke-2 lolos, tanjakan ke-3 dengan napas yang sudah terengah-engah, keringat dah bercucuran, sunglass dah berembun, berhasil kulalui..Ku berhasil menyentuh gapura "Selamat datang di kec. Towuti"..Tapi masih ada tantangan tanjakan bukit Hasan...Kira" sy kuat g yah...

Bismillahirrahmanirrahiim...Kugenjot lagi pedal sepedaku sambil berharap-harap cemas, semoga saja asmaku nggak kambuh..Ku sempat bercanda, Bon, stay beside me, ok...Satu dua tiga empat lima enam (ku bergumam dalam hati)..Ayo Yan, kamu bisa...teriak K'Fickry...ganti geer yang paling ringan...bring me to life kata evanessance (my favourite song to biking)...

YES...gw nyampe..Ku berhasil menaklukkan Bukit Hasan...Senang, bangga, surprise, capek, haus, bercampur aduk...Thanx to the almighty Allah you gave me strength...

Salam SOBEC







Kamis, 20 Desember 2007

GeT MarRieD

Hari ini seharusnya menjadi hari paling membahagiakan buatku..
Pagi-pagi dah dibangunin dengan sepucuk sms..dengar-dengar gossipnya "kakakmu" mau nikah yah?...Jreng...Sontak ku terbangun...Whats?!...Kapan?Secepat itukah??
Pertanyaan itu terus mengiang di kepalaku...So Soon...
Berita ini adalah berita bahagia...Segera ku-aminkan...Tapi, tidak bisa kupingkiri, satu sudut kecil di tepi hatiku menyimpan big question, unsatisfaction, dan setitik kekecewaan...
Kucoba menepis keraguan di dalam hatiku ini...Kuhidupkan komputer, bercerita ke dunia maya, sambil berharap dengan sedikit bercerita, kekecewaan ini akan hilang sedikit demi sedikit...tapi tiap kali kutekan satu tombol keyboard, ruang untukku bernapas terasa makin sempit...Dan bukannya menghilang, kekecewaan itu malah mengambil seluruh ruang napasku..
Setetes air terasa hangat mengalir di pipiku..Kuambil si dolphin, kupeluk seeratnya..Kutenggelamkan wajahku ke dalam hangat bulunya..Tak kuasa kubendung tangis ini...Dalam setengah sadarku,kupanjatkan doa...
"Ya Allah, berikanlah yang terbaik untuk orang-orang yang kusayangi...Kuatkanlah diriku, kirimkanlah sahabat buatku bersandar di bahunya..."

Sabtu, 27 Oktober 2007

Arti seorang sahabat

Cinta dan persahabatan adalah jalinan kasih yang indah untuk dilupakan...
terkadang kita dapat merasakan sakit yang teramat sangat ketika kita
berfikir untuk seorang sahabat...I've been throught this moment...

Ternyata benar kata orang-orang mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yg mementingkan diri sendiri..Tapi kala ego itu muncul, kadang kita dengan mudahnya bisa melupakan arti sejati dari persaabatan..Sering pula kita harus menelan pil pahit demi kebahagiaan seorang sahabat..

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang sangat melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.
Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya...

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur,disakiti, diperhatikan, dikecewakan, didengar, diabaikan, dibantu, ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian..

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan
mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.

Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.


Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal sahabat..

For my best friend..
I wish you read this..
And understand how beautiful is or friendship before and wish it will be more beautiful after this ...